DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER AC

Rabu, 13 April 2011

infus

A. Pengertian infus
Infus adalah adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Menurut FI edisi III : Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar. Diameter fase dalam tidak m. kecuali dinyatakan lain, infus intravenous tidaklebih dari 5 diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase.
Menurut FI edisi IV : Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

Infus termasuk sediaan parenteral volume besar. Sediaan parenteral volume besar : sediaan cair steril mengandung obat yg dikemas dlm wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus intravena, larutan irigasi, larutan dialisis peritonal & blood collecting units with antikoagulant (Lachman Parenteral)

B. Pemberian cairan infus pada anak
Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”.
Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah. Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg).
Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah: NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter .Penyalahgunaan cairan infus yang banyak terjadi adalah dalam penanganan diare (gastroenteritis) akut pada anak. Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS.5 Gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi pada saluran cerna (gastrointestinal), terutama oleh virus, ditandai adanya diare dengan atau tanpa mual, muntah, demam, dan nyeri perut. Prinsip utama penatalaksanaan gastroenteritis akut adalah menyediakan cairan untuk mencegah dan menangani dehidrasi.6 Penyakit ini umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting), namun jika tidak ditangani dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang bisa mengancam nyawa. Dehidrasi yang diakibatkan sering membuat anak dirawat di RS.6 Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”.3 Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.

C. Syarat Infus
1. Harus isotonis ( isotonis adalah tekanan osmosis luar sama dengan tekanan osmosis yang ada di dalam tubuh)
2. Tidak boleh mengandung pirogen jika disuntikan dalam jumlah tertentu.
3. Dosis tunggal sekali pakai saja.
4. Pembawa hanya air
5. Harus stabil
6. Harus aman, tidak menyebabkan iritasi jaringan atau toksis
7. Tidak boleh berwarna kecuali jika obat itu berwarna

D. Guna sediaan infus
1. Obat tidak dapat diabsorpsi secara oral
2. Obat menjadi tidak aktif dalam saluran pencernaan
3. Perlunya respon yang cepat
4. Pasien tidak dapat mentoleransi obat atau cairan secara oral.
5. Rute pemberian secara intramuskular atau subkutan tidak praktis
6. Obat harus terencerkan secara baik atau diperlukannya cairan pembawa
7. Obat mempunyai waktu paruh yang sangat pendek dan harus diinfus terus menerus
8. Diperlukan perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
9. Obat hanya bersifat aktif oleh pemberian secara intravena

E. Cara menghilangkan pirogen
Larutan injeksi / infus digojok dengan penambhan 0,1 % karbon adsorben selama 5 – 10 menit lalu disaring melalui filter abses. Cara mencegah terjadinya pirogen dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Aquadest harus segera digunkan setelah di sterilisasi
2. Pada waktu destilasi jangan sampai ada air yang memercik
3. Alat – lat penampung harus seaseptis mungkin.

F. Sumber pirogen
Sumber pirogen dapat berasal dari aquadest yang dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara, dapat pula berasal dari wadah larutan injeksi dan bahan – bahan seperti glukosa, NaCl, Natrium Sitrat, dll.




G. Prosedur pemasangan infus
Dalam memasang infus , perlu diperhatikan beberapa cara sebagai berikut:
a) Persiapan
Persiapan Klien:
 cek perencanaan keperawatan klien.
 klien diberikan penjelasan prosedur yang akan dilaksanakan.


Persiapan Alat :
 Standar infus .
 Cairan infus dan infusset sesuai kebutuhan .
 Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan .
 Bidai / alas infus .
 Perlak dan torniquet .
 Plester dan gunting .
 Bengkok .
 Sarung tangan bersih .
 Kassa seteril
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Bethadine dalam tempatnya.

b) Pelaksanaan
Setelah persiapan diatas selesai, sebelum memasang infus perawat harus membersihkan tangan dengan alkohol atau sabun. Kemudian perawat memeakai sarung tangan lalu perawat membersihkan bagian tubuh klien yang akan dipasang infus dengan alkohol. Perawat mengambil abocath sesuai ukuran yang dibutuhkan kemudian memilih permukaan kulit yang berada tepat pada vena yang telah dibersihkan tadi.
Langkah selanjutnya adalah menusukkan abocath yang telah dipersiapkan ke dalam vena, lalu memeriksa kateter (ada atau tidaknya darah yang masuk ke dalam kateter) kemudian menggantung cairan infus dengan selang infuse di bawah selanjutnya memasang plaster pada kateter dengan benar untuk mempertahankan kateter agar tidak terjatuh, tercabut, atau lepas. Langkah selanjutnya adalah mengatur tetesaninfussesuai dengan kebutuhan klien. Setelah pemasanga infus selesai, perawat memperhatikan respon yang diberikan klien. Perawat juga memperhatikan kelancaran tetesan cairaninfus. Setelah itu perawat membereskan peralatan yang digunakan, lalu perawat melepas sarung tangan yang digunakan dan mencuci tangan dengan alkohol atau sabun.
Perawat mencatat tindakan yang dilakukan dalam pemasangan infus dan respon klien setelah pemasangan infus

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Mohamad.1997. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University ; Jogjakarta
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Buku Kedokteran ; Jakarta
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b29fc4d4a8729c27622c826020b6d745df5acd74.pdf
http://www.bukukita.com/Kesehatan-dan-Lingkungan/Kedokteran/52912-Formulasi-Steril.html
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:yUSO96vtbdIJ:oelfacutez.student.umm.ac.id/2010/01/29/prosedur-pemasangan-infus/+infus&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

MOHON MAAF BILA ADA YANG KURANG BERKENAN