DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER AC

Rabu, 13 April 2011

DAUN JAMBU BIJI

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi, sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam jenis flora. Bahkan Indonesia dikenal sebagai Negara nomor dua yang memiliki kelengkapan jenis flora dari sekian banyak Negara di dunia ini. Hutan hujan tropis yang merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya, menyimpan berbagai macam rahasia alam yang semakin hari semakin banyak diketahui oleh manusia.

Papua merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan hutannya yang begitu luas, dan keanekaragaman hayati yang sangat khas. Sekitar 3000 jenis tanaman di papua telah dimanfaatkan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar sebagai obat, sebagai contoh, buah merah telah banyak digunakan sebagai obat dari berbagai macam penyakit. Demikian juga dengan sarang semut yang tidak kalah populernya sebagai sang raja herbal.

Letak geografis, iklim dan kesuburan tanah mempengaruhi kandungan kimia yang terdapat dalam suatu herbal. Seledri, jambu biji, dan juga cabe, merupakan tanaman yang umum kita jumpai hampir diseluruh wilayah nusantara ini. Akan tetapi kandungan kimia dari ketiga jenis tumbuhan tersebut belum tentu sama untuk setiap daerahnya. Terlebih di Papua yang memiliki iklim dan kesuburan tanah yang jauh berbeda jika dibanding daerah lain sangat berpeluang adanya perbedaan kandungan kimianya.

Jambu Biji (Psidium guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting; batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

Jambu biji memiliki nama lain yang biasa dikenal yaitu Psidium guajava (Inggris/Belanda), Jambu Biji (Indonesia), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa), Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).

Kandungan kimia dari buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji yaitu tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain selain tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) - Kalori 49 kal - Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 87 mg - Kalsium 14 mg - Hidrat Arang 12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg - Protein 0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram.

Keguanaan dari daun jambu biji sangat banyak beberapa diantaranya yaitu: sebagai obat diare, obat maag, masuk angin, beser, prolapsisani, sariawan, sakit kulit dan obat luka baru. Selain itu daun jambu biji juga bisa dimanfaatkan sebagai antioksidan, obat batuk dan membantu mengobati penyakit diabetes mellitus.

Klasifikasi botani dari jambu biji yaitu :

Kerajaan : Plantae
Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Upafamili : Myrtoideae

Bangsa : Myrteae

Genus : Psidium
Spesies : P. guajava

METODE


Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

Ø Pisau, oven, waterbath, tabung reaksi, corong, wadah tahan panas, pipet

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu :

Ø Sampel segar (daun jambu biji), kloroform 0,05 N, asam sulfat 2 N, pereaksi mayer, metanol, logam Mg, etanol, FeCl3, pereaksi Lieberman Bauchardat, aquadest

Prosedur kerja

Pengumpulan simplisia dan penetapan kadar air

Ø Sampel segar diiris kecil, masukkan wadah tahan panas yang sebelumnya telah dikeringkan, keringkan sampel sampai berat konstan dengan menggunakan oven suhu 100 - 105 C

Uji pendahuluan

Ø Uji Alkaloid

Sampel di potong, digerus dengan pasir tambahkan 2 ml CHCl3 tambahkan 2 ml ammoniak, saring masukkan ke dalam tabung reaksi tambahkan 5 ml H2SO4 2 N, kocok

Lapisan asam 1 tambahkan pereaksi mayer terbentuk endapan putih

Lapisan asam 2 tambahkan pereaksi Bouchardat terbentuk endapan putih

Ø Uji flavonoid

Sampel 2 g tambahkan metanol, panaskan 10 menit, pisahkan filtrat tambahkan HCl tambahkan logam Mg larutan warna merah

Ø Uji tannin

Sampel 1 g tambahkan aqua 10 ml, didihkan 10 menit, dinginkan, saring tambahkan FeCl3 1% terbentuk warna biru


Ø Uji terpen, fenol, saponin dan steroid

Sampel 2 g tambahkan 5 ml etanol, panaskan 10 menit, saring, tambahkan kloroform tambahkan air 5 ml

Ambil lapisan air, saponin : 2 ml air, kocok, terbentuk busa ( warna hilang )

Fenol : 2 ml lapisan air tambahkan FeCl3 terbentuk warna merah

Ambil lapisan CHCl3 tambahkan pereaksi Liebermen Bouchardat, tambahkan H2SO4

Hasil : warna hijau sampai biru + terpen

Warna merah + steroid


HASIL PENGAMATAN

Hasil uji daun jambu biji, :

Uji pendahuluan

Hasil

Uji alkaloid

+

Uji flavoniod

+

Uji terpen, fenol, saponin, steroid

-

Uji tannin

+

PEMBAHASAN

Uji pendahuluan merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada praktikum ini skrining yang dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji flavanoid, saponin, tannin, triterpenoid dan steroid. Setiap golongan senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki cirri dan karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia dari masing-masing golongan metabolit sekunder tersebut maka muncullah suatu metode atau cara untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut.

Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk setiap golongan yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang digunakan pada proses isolasi semestinya menggunakan pelarut yang berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini didasarkan pada sifat kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining. Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Boleh golongan senyawa tertentu tidak akan Nampak pada skrining yang kita lakukan, atau bahkan kita tida mendapatkan senyawa yang kita inginkan.

Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengisolasi senyawa yang ada dalam tumbuhan itu yaitu pelarut air. Yang mana air ini memiliki sifat yang sangat polar sehingga memungkinkan dapat mengambil semua senyawa yang terkandung dalam sampel kita meskipun ada beberapa senyawa yang tidak dapat terambil.

Proses ekstraksi dari semua sampel tumbuhan dilakukan secara seragam, baik ekstrak yang akan digunakan untuk uji flavanoid, saponin, tannin, tritrpenoid, dan steroid. Yaitu dengan menggunakan pelarut air dan dipanaskan selama 25 menit. Kemudian disaring sehingga bias kita pisahkan antara ekstrak dan residunya. Perbedaan proses ekstraksi dilakukan hanya pada ekstrak yang akan digunakan untuk uji alkaloid. Dalam hal ini, pelarutnya yang digunakan yaitu methanol.

Berdasarkan prosedur yang ada, waktu pemanasan juga berfariasi untuk beberapa ekstrak yang akan digunakan pada setiap ujinya. Secara teoritis lama waktu pemanasan akan berpengaruh pada kadar atau kandungan senyawa tertentu yang terdapat pada ekstrak yang kita lakukan. Boleh jadi senyawa yang kita inginkan mengalami perubahan dan modifikasi akibat pemansan yang terlalu lama, atau boleh jadi senyawa yang kita inginkan belum terekstrak karena proses pemanasa yang kurang lama.

Untuk uji alkaloid, dari ketiga herbal diatas menunjukan hasil yang negative. Pada uji ini, sampel yang telah dihaluskan diekstrak dengan menggunakan methanol dan dipanaskan selama 25 menit. Kemudian ditambahkan dengan reagen meyer dan setelah didiamkan selama sepuluh menit ternyata ketiga-tiganya tidak menunjukan adanya endapan. Hal ini menunjukan hasil negative untuk uji alkaloid pada ketiga herbal tersebut. Berdasar beberapa referensi yang saya dapatkan ketiga herbal tersebut memang tidak mengandung alkaloid untuk daerah lain.

Pengujian saponin dilakukan dengan cara mengocok ekstrak air yang didapat kemudian didiamkan selama sepuluh menit jika terdapat busa menunjukan uji positif untuk saponin. Jumlah kadar busa menunjukan kadar saponin yang ada pada ekstrak tersebut. Dari ketiga ekstrak tersebut yang menunjukan positif saponin adalah daun jambu biji dan daun seledri. Untuk daun seledri menurut dedewijaya (2007) mengandung saponin. Hal ini sesuai dengan hasil yang saya dapatkan yaitu positif satu untuk uji saponin. Sedangkan pada daun jambu biji, saya tidak menemukan literature yang mengatakan bahwa daun jambu biji mengandung saponin. Hal ini mungkin saja terjadi akibat pengaruh letak geografis Papua yang berbeda dengan daerah lain. Selain dari itu, kandungan saponin ini yang juga memberikan effect anti bakteri disamping taninnya. Itulah sebabnya daun jambu biji bias digunakan sebagai obat diare.

Untuk uji flavanoid, pada praktikum ini dilakukan tiga uji yaitu menggunakan H2SO4, NaOH, dan HCl+Mg. penggunaan H2SO4 untuk uji flavanoid, akan memberikan warna merah jika ekstrak menagndung flavonoid. Sementara untuk NaOH kita akan mendapatkan warna kuning jika ekstrak mengandung falvonoid. Sedangkan untuk penggunaan HCl+Mg maka akan memberikan warna merah.

Penggunaan H2SO4 ketiga herbal tidak memberikan warna merah, hal ini berarti bahwa ketiga herbal tersebut tidak mengandung flavanoid. Sementara untuk NaOH, daun seledri Kandungan flavonoid pada herbal seledri asal manokwari menunjukan hasil yang sama untuk daerah asal lain. Demikian juga dengn ekstrak daun jambu biji juga sama mengandung flavonoid.


KESIMPULAN


Setelah melakukan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa :

1. Uji pendahuluan di lakukan untuk mengatahui kualitas dan kuantitas dari zat aktif simplisia.

2. Ekstrak daun jambu biji mengandung : saponin, tannin dan flavonoid.

3. Kandungan kimia suatu herbal dipengaruhi oleh letak geografis, kesuburan tanah, dan juga iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Ø Anonim. 2010. Jambu Biji.http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya

Ø Anonim. 2010. Jambu biji. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai

Ø Anonim. 2010. Harbon J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penentuan cara modern menganlisis tumbuhan. Terbitan ke dua. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang soediro. Bandung. ITBPress.

Ø IPTEKNET.2005. Tanaman Obat Indonesia jambu biji. http://www.iptek.net.id/ind/? mnu=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

MOHON MAAF BILA ADA YANG KURANG BERKENAN